Memaknai Sensasi Gerak
the jakarta post
Potongan tangan-tangan kucing tersebut seolah ingin menandai sebuah gerak spiritual. Sebuah koper tampak terbuka. Barisan gigi dan lidah menjulur keluar dari koper tersebut, seperti katup raksasa. Bagi yang melihatnya, karya milik Handi Wriman yang berjudul Tuturkarena itu, mengundang senyum. Mulut yang terbuat dari koper itu seperti meninggalkan beribu pertanyaan, tanpa harus mendapatkan jawabannya. Toh, mirip dengan petuah tanpa harus ada yang memedulikan.
Sementara tak jauh dari mulut yang bertutur itu, tampak sebaris tangan mungil sibuk bergerak maju-mundur (ke atas-ke bawah). Tangan-tangan mungil tersebut bergerak serempak dan kompak, tak ada yang ketinggalan apalagi saling meninggalkan. Tangang-tangan mungil itu tidak lain dan tidak bukan adalah potongan tangan-tangan kucing yang geraknya ditentukan oleh mesin. Potongan tangan-tangan kucing tersebut, seolah ingin menandai sebuah gerak spiritual atau gerak mistis yang sedikit banyaknya dipercayai oleh sebagian besar masyarakat dunia, terutama masyarakat Timur (Indonesia dan China). Bagi masyarakat Tionghoa, tangan-tangan kucing tersebut dapat mendatangkan rejeki. Tak salah jika Ade Dermawan menyebut karya seni kinetiknya ini, Kucing Hoki. Demikianlah karya-karya seni kinetik tersebut bergerak secara mekanik untuk kemudian melahirkan estetik-estetik yang dilacak dari gagasan energik. Karya-karya yang dikuratori oleh Agung Hujatnikajennong tersebut ditampilkan dalam pameran, Motion/ Sensation, yang berlangsung 4-25 Agustus 2011, di Edwin's Gallery di Grand Indonesia East Mall, Jakarta Art Dsitrict Area. Perdebatan yang Klasik Keberadaan karya mekanik kinetik semacam ini di dunia dan di Indonesia sudah cukup lama, namun secara tidak sadar orang-orang belum menyatakannya sebagai seni kinetik. Kebanyakan karya itu disebut instalasi dan ini sudah menjadi perdebatan yang cukup klasik. Padahal, tidak ada batasan yang memagari kinetik. "Batasan kinetik selalu dihubungkan dengan pemaknaan terhadap 'gerak' dalam pengertian manusia. Maka hari ini coba kita katakan bahwa ini karya kinetik .Yang pasti setiap karya yang bergerak itu kinetik, baik bergerak dengan menggunakan air, udara, mesin, karya itu disebut dengan karya kinetik," tutur Edwin Rahardjo, pemilik galeri. Sementara Bagus Pandega dan Ade Darmawan berusaha menjelaskan terkait konsep keberadaan karyanya dalam pameran. Pada karya yang berjudul Autism Spectrum, Bagus Pandega menjelaskan tentang kecenderungan masayarakat sekitar kita yang sudah sibuk dengan diri sendiri. "Sebagai misal, ketika ngobrol orangnya ada berempat, ternyata ngobrolnya kurang menikmati atau bahkan asyik dengan kesibukan sendiri (blackberry-an)," tutur Bagus. Sedang Ade Darmawan menjelaskan, bahwa karyanya yang berjudul, Kucing Hoki tersebut berangkat dari hal-hal yang terdekat, benda-benda bergerak. Menurutnya, bagi sebagian orang gerakan tangan kucing sebenarnya punya arti spiritual dan mistis, misalnya mendapatkan rejeki dan untung yang lebih. "Meskipun gerakan kucing semacam itu sangat sering kita jumpai di negara China dan Jepang, akan tetapi kita juga turut memercayai tentang hal-hal yang spiritual , termasuk kepercayaan terhadap gerakan-gerakan yang dihadirkan sebuah benda," tegasnya. frans ekodhanto
http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/69023
|
0 Responses to ' '
Posting Komentar