Pameran Nostalgia Poster Film hingga Mesin Singer

Posted by Bagus Pandega On 02.02
Suara Karya Online

Sabtu, 3 Oktober 2009
Poster film, komik, mainan di tahun 70 - 80-an, benda-benda yang tidak berfungsi atau ketinggalan jaman, bisa disulap menjadi sebuah karya seni. Kreatifitas ini diangkat sejumlah seniman yaitu Aprilia Apsari, Bagus Pendega (Adit), Bambang TOKO Witjaksono, Radi Arwinda, Terra Bajraghosa, Uji Handoko Eko Saputra, Wiyoga Muhardanto, dan Yasmina Yustiviani.
Seniman dari berbagai latar belakang pendidikan senirupa ini tampil dalam pameran bertajuk Regression - The Past is Now and Tomorrow di Plaza Indonesia baru-baru ini dibuka oleh pencinta seni Daniel Komala. Pameran yang diselenggarakan Edwins Gallery, merupakan pameran ke-2 dari 4 rangkaian pameran Reach Art Project!. Boleh dikatakan jarang galeri pimpinan Edwin Rahardjo ini menyelenggarakan pameran di luar kandang. Alasan pameran di mal, menurut Edwin supaya lebih dekat dengan publik untuk mengenalkan karya senirupa yang kreatif dam inovatif.
Kurator Agung Hujatnika Jennong menilai karya-karya objek, drawing, lukisan dan fotografi yang ditampilkan seniman-seniman muda Indonesia ini memiliki kecenderungan mendaur-ulang aikon-aikon atau tanda-tanda dari masa lalu, terutama dalam kebudayaan pop.
"Seniman ini ingin menampilkan karya yang sifatnya nostalgia, mengingatkan kita pada masa lalu. Kebetulan semuanya dari kebudayaan pop yaitu film, musik, karakter komik dan obyek-obyek nostalgia," papar Agung. Jika dalam wacana ekonomi istilah Regression dipahami sebagai suatu gejala kemunduran, maka pameran ini melihat sikap regresi sebagai suatu daya yang justru menghidupkan kebudayaan. Masa lalu bukanlah sesuatu yang harus ditinggalkan, melainkan dijadikan acuan untuk melihat masa depan.
Mesin Jahit

Sesuai tema pameran, para seniman mewujudkan karya yang bersentuhan dengan nostalgia masa lalu. Umpamanya, mesin jahit yang berfungsi untuk menjahit baju, ternyata bisa beralih sebagai instrumen musik, yang dirancang Bagus Pandega dalam karya berjudul Singer, Past-Post. Dalam karya ini mesin jahit dilengkapi perangkat pemutar piringan hitam tanpa banyak mendekonstruksi bentuknya. Aprilia Apsari menampilkan lukisan-lukisan yang menafsirkan film-film lama Indonesia, seperti Ali Topan dan Mat Peci. Pada karya-karya ini Apsari meminjam idiom poster, namun dengan komposisi penggambaran tokoh-tokoh pada poster film masa lalu seperti lukisan Benyamin S, Chrisye, Ali Topan, dan Mat Peci.
Di jaman dulu, kamera merk Leica termasuk yang populer, namun sekarang sudah tenggelam di tengah maraknya kamera digital. Wiyoga mencoba mendeformasi bentuk Leica yang bagian atasnya ditempatkan tutup kaleng kornet yang ada pembukanya, sementara lensa kamera mungkin mirip Leica yang seolah-olah menggambarkan sebuah kamera yang sebenarnya. Padahal karya tiga dimensional bertajuk Tin Lux ini cuma main-main. Bambang dalam karyanya "I 'd Rather Go Blind" digarap berdasarkan sebuah gambar umbul, mainan anak-anak Indonesia berupa kartu yang digambar dan dicetak dengan teknik sederhana, yang populer pada 70 - 80-an. Cerita dalam gambar tersebut mengadopsi komik Indonesia antara lain Si Buta dari Goa Hantu karya Ganes TH.
Radi Arwinda, yang pernah tumbuh bersama tokoh-tokoh budaya pop Jepang, sekaligus hidup di tengah lingkungan sosial yang sangat menghargai budaya tradisi, khususnya Cirebon. Hal ini diwujudkan dalam karyanya "Ra64-Raxosobuto", di mana karakter Gundam tengah mengenakan kostum dengan berbagai motif batik khas Cirebon yang auratik dan mistis. Karya ini menyuarakan nuansa nostalgia masa kecil, sekaligus pertanyaan tentang identitas diri di era global.
Seniman Terra Bajraghosa melihat sebuah fenomena yang menarik lewat lukisannya Fixing the Five, memanfaatkan representasi dari proses penyerapan budaya pop Jepang di Indonesia. Lukisan ini menampilkan sesosok perempuan setengah robot, menggambarkan bagian kepala sosok ini dengan topeng-topengan robot. Selain bentuknya yang khas, topeng-topengan Voltus-V itu menarik karena dipopulerkan oleh pasar pinggiran semacam pasar malam, sekaten, atau di kaki lima yang menurut Agung ada dekat kebun binatang Gembira Loka di Yogyakarta.
Karya Yasmina, Love me Tender, menghadirkan narasi personal yang dipengaruhi oleh keinginan melakukan intervensi pada cerita yang populer melalui televisi, The Muppet Show. Pada karya Yasmina, karakter-karakter binatang dalam film yang populer pada 80-an itu digambarkan tengah menyambangi dunia binatang yang sebenarnya. Demikian juga karya post modern Uji Handoko The Sailor. Boleh dikatakan karya para seniman ini sebagai inspiratif memanfaatkan nuansa masa lalu yang melahirkan kreatifitas yang tidak habis-habisnya. (Susianna)

0 Responses to 'Pameran Nostalgia Poster Film hingga Mesin Singer'

Posting Komentar


About Me

I'm a young emerging artist interested in sounds, lights, and kinetics work to be applied in my artworks.

Contact me:

baguspandega[at]gmail.com
follow me on twitter and instagram
@baguspandega

Label

Archive