RABU, 20 JULI 2011 | 16:01 WIB
Ekspansi Patung Kontemporer
Pameran seni patung kontemporer yang bertajuk "Pameran Besar Patung Kontemporer Indonesia : EKSPANSI" di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat. Senin(17/07).
TEMPO.CO, Jakarta-
“Honey, I'm home.” Sebuah sapaan yang terdengar manis manakala seseorang pulang kantor atau tiba dari bepergian. Sapaan itu menerbangkan kita pada sebuah imajinasi: begitu pintu terbuka, menyergaplah pelukan dan ciuman menyambut hangat.
Tapi imajinasi nan indah itu segera buyar ketika menengok karya instalasi Astari berjudul Honey, I'm Home. Astari menampilkan instalasi patung yang murung. Instalasi itu berupa wayang perempuan yang didandani kebaya. Perempuan itu duduk termangu di sebuah ayunan dalam sangkar besi. Di atap sangkar itu, kerangka berbentuk segitiga, terdapat tulisan besar “home” dengan gembok raksasa.
Karya Astari itu merupakan salah satu karya yang ditampilkan dalam pameran patung kontemporer Indonesia bertajuk “Ekspansi” di Galeri Nasional, Jakarta Pusat. Pameran yang berlangsung hingga 24 Juli mendatang itu melibatkan puluhan seniman, baik pematung, pelukis, maupun desainer. Pameran besar itu dikurasi oleh tim kurator yang beranggotakan Asikin Hasan, Asmudjo Jono Irianto, dan Jim Supangkat.
Sesuai dengan temanya, pameran itu mencoba merefleksikan jangkauan patung kontemporer Indonesia yang lebih luas ke berbagai arah dan kemungkinan. Menurut tim kurator, ekspansi itu terjadi melalui material dan wilayah persentuhannya. Lalu dibalut cita rasa pop dan modern. “Pameran ini mengarah pada rematerialisasi pada konsepsi patung konvensional,” kata tim kurator.
Selain karya Astari, ekspansi itu bisa disimak pada karya Budi “Swiss” Kustarto berjudul On the Move. Dalam karya yang dibuat sekitar setahun lalu itu, Budi menyuguhkan patung-patung hijau tak berkepala. Mereka berbaris dengan menginjak kepala masing-masing, dikemas sejajar dalam kotak kayu, dan siap masuk kontainer.
Ekspansi juga tak hanya dari segi material, tapi juga pada pemaknaan karya. Sigit Santoso, misalnya, menyuguhkan karya yang menggubah patung Yesus dengan tampilan sangat mengejutkan: tidak gondrong dan tanpa busana. Posisinya tetap tersalib, tapi wajahnya tak merana. Bahkan kemaluannya mencuat tegak dengan bungkus kuningan mirip cula. Instalasi serupa ditampilkan Aditya Novali dalam karya berjudul Devotion #123. Dalam karya itu, tiga salib besar disajikan mengerikan: badan salib itu berisi tengkorak dan darah buatan.
Yang cukup menarik adalah instalasi karya Bagus Pandega berjudul Singer. Merek terkenal mesin jahit itu bermetamorfosis dari kegunaannya menuju arti harfiah singer, yakni penyanyi. Bagian bawah instalasi itu berbentuk mesin jahit dengan pedal ayun. Adapun bagian atasnya berupa pemutar piringan hitam jadul lengkap dengan corong pengeras suara.
Karya instalasi lain yang juga menarik adalah Tyranto Saurus. Instalasi karya seniman Jay Subiakto itu berupa miniatur robot dalam kaca. Miniatur itu bergambar wajah Soeharto, penguasa rezim Orde Baru, yang berdiri gagah di atas tulang-belulang.
AGUSLIA HIDAYAH
http://www.tempo.co/read/news/2011/07/20/114347511/Ekspansi-Patung-Kontemporer
0 Responses to ' '
Posting Komentar